Sabtu, 02 Maret 2013

Cinta Indonesia Raya

Bumiku Indonesia
Tanah Air ku Nusantara
Sayapku Sang Garuda
Tonggakku Pancasila
Aku Bernaung Dibawah Sang Saka
Aku Berjuanga Untuk Berjaya
Karena Aku Cinta
Indonesia Raya

Minggu, 17 Februari 2013

positif thinking


karena setiap bait liriknya penuh makna

Semuanya pada tau Bondan 'kan ??
ditahun 2005 Bondan membentuk band baru (setelah mengundurkan diri dari Funky Kopral)  bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap.kerenkan ? pastinya
Bahkan Bondan mendapatkan penghargaan yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.
lagu yang dinynyiin Bondan itu bagus semua
karena setiap bait liriknya penuh makna
dan gak ketinggalan inspirasi dari setiap liriknya terusnya memotivasi (kalo menurut aku sih, tapi kalu menurut agan/sis gimana? )
jadi ada satu lagu yang aku suka banget, judulnya 'not with me'. maknanya dalem jeng, kalo biat ak sih. coba simak :

I'm walking up from my summers dreams again
try to thinking if you're alright
then I'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side
*reff:
I can see you if you're not with me
I can say to my self if you're OKAY
I can feel you if you're not with me
I can reach you my self, yuo show me the way

life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side
back to *reff

yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy
yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..yeah..always here with me
back to *reff
I'm walking up from my summers dreams again
try to thinking if you're alright
then I'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side

 yang paling aku suka itu pas dia bilang " yea..you've made me so alive ,you give the best for me..love and fantasy yeah..and i never feel so lonely, coz you're always here with me..yeah..always here with me "
 gimana menurut lo ? cakep 'kan bung ?  (hahah :D, lebay ya gue ? .. SKSD )


#kritikdanssarandibutuhkan
.... silahkan like or komen :D

Sabtu, 16 Februari 2013

G-30-S/PKI (ringkasan IPS sejarah salah sati materi dari bab usaha mempertahankan RI)


1. Peristiwa G-30-S/PKI
Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
a.        Latar Belakang Munculnya G-30S/PKI
PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem "Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.
Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari tawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi Angkatan Darat tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara militer dan PKI.
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.
Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapapun (milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jenderal-jenderal militer tingkat tinggi juga menjadi anggota kabinet. Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini dapat dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad, dan lain-lain).
b.        Terjadinya Peristiwa G-30-S/PKI
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat".
Pengangkatan Jenazah di Lubang Buaya

Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".

Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.

Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-alat negara.
Menjelang terjadinya peristiwa ini, tersiar kabar bahwa kesehatan Bung Karno mulai menurun dari diagnosis team dokter dari RRC. Mendengar kabar ini, DN Aidit selaku Ketua Commite Centre PKI segera mengambil keputusan untuk segera memulai gerakan. Strategi gerakan diserahkan kepada Kamaruzaman atau Sjam, yang diangkat sebagai ketua Biro khusus PKI. . Biro khusus ini kemudian menghubungi kader mereka di kalangan Militer, seperti brigjen Suparjo, Letkol Untung dari Tjakrabirawa (Pasukan kawal presiden), Kol. Sunanrdi dari AL, Marsekal Madya Omar Dhani dari AU. Dan Kol. Anwar dari POLRI.
Menjelang pelaksanaan G30S, pucuk pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia, pimpinan PKI kemudian mengambil keputusan bahwa Pimpinan fisik G30S adalah Letkol Untung Syamsari. Danyon I Men Tjakrabirawa. Sebagai Komando gerakan, Untung memerintahkan kepada seluruh anggota untuk siap bergerak pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Pada dini hari itu pasukan ini mengambil tindakan dengan menculik dan membunuh 6 Pati dan 1 Pewira pertama. Para Perwira AD ini disiksa dan selanjutnya dibunuh. Mereka dibawa Ke Lobang Buaya, yaitu sebuah tempat di sebelah selatan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusumah . Selanjutnya para Korban dimasukkan kedalam 1 sumur buta, kemudian ditimbun dengan sampah dan tanah. Ketujuh Korban dari TNI AD ini, yakni:
    Letjen Ahmad Yani, Menpangad;
    Mayjen R. Soeprapto, Deputy II Pangad;
    Mayjen Suwondo Parman, Ass. I pangad;
    Mayjen Haryono mas Tirtodarmo, SDeputy III Pangad;
    Brigjen Donal Izacus Panjaitan, Ass. IV pangad;
    Brigjen Soetojo Siswomiharjo, Insektur Kehakiman / Oditur Militer;
    Lettu Pierre Andreas Tendean, Ajudan Jenderal A.H. Nasution.
Ketika terjadi penculikan itu, Jenderal A.H. nasution yang juga menjadi target penculikan, berhasil meloloskan diri, namum kakinua tertembak dan Putrinya yang bernama Ade Irma Suryani menjadi korban penembakan Pemulik. Ajudan Nasution, yang bernama Tendean juga jadi korban, karena dikira dia adalah AH. Nasution. Korban lainnya adalah Pembantu Letnan polisi Karel Sasuit Tubun yang mencoba memberikan perlawanan kepada penculik, KS Tubun pun dibunuh oleh Penculik..

Pada Waktu bersamaan, G30S/PKI mencoba juga mengadakan perebutan kekuasaan di Yogyakarta, solo, wonogiri dan Semarang. Selanjutnya gerakan tersebut mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965, pengumuman ini dibacakan langsung oleh Letkol Untung sebagai pimpinan fisik Gerakan.

Sementara itu Dewan Revolusi di daerah Yogyakarta diketuai oleh Mayor Mulyono. Mereka menculik Kol. Katamso dan Letkol soegiono. Kedua perwira AD ini dibunuh oleh gerombolan penculik di desa Kentungan yang terletak sebelah utara Yogyakarta.
2. beberapa konflik internal yang terjadi di Indonesia
Setelah merdeka bangsa imdonesia diuji kemampuannya untuk menghadapi berbagai gangguan dan hambatan yang berasal dari dalam negri. Timbulna pergolakan social politik internal ini menghambat upaya mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang dapat memakmurkan rakyatdan mewujudkan ketentraman serta kedamaian Indonesia.konflik internal yang menimbulkan pergolakan dibeberpa daerah, yaitu :
a.        Pembrontakan APRA di Bandung
Pembeontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) tanggal 23 Januari 1950.Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat di kalangan KNIL timbul Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Tujuan APRA adalah mempertahankan bentuk Negara Federal Pasundan di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri pada setiap negara bagian Republik Indonesia Serikat. APRA mengajukan ultimatum menuntut supaya APRA diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya Pasundan/negara Federal tersebut. Ultimatum ini tidak ditanggapi oleh pemerintah, maka pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung APRA melancarkan teror, APRA berhasil ditumpas. Ternyata dalang gerakan APRA ini berada di Jakarta, yakni Sultan Hamid II. Rencana gerakannya di Jakarta ialah menangkap beberapa menteri Republik Indonesia Serikat yang sedang menghadiri sidang kabinet dan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A. Budiardjo, dan Pejabat Kepada Staf Angkatan Perang Kolonel T.B Simatupang. Rencana tersebut berhasil diketahui dan diambil tindakan preventif, sehingga sidang kabinet ditunda. Sultan Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April 1950. Akan tetapi, Westerling berhasil melarikan diri ke luar negeri. Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari adalah peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950 dimana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.
Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang melakukan desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota Medan.

Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menelepon Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar, antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan. Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling.

Jenderal van Vreeden, sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran "penyerahan kedaulatan" pada 27 Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tapi van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.
b.        Pembrontakan Andi Aziz di Makassar
 Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun 1930-an Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke Belanda. Pada tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda untuk menjadi seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah tanah kemudian.
Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman — walaupun sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.
Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia menjabat komandan regu, kemudian bertugas di Cilinding. Pada tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah itu ia kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi pangkat Letnan Dua.

Selanjutnya ia menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Jabatan ini dijalaninya hampir satu setengah tahun, kemudian ia ditugaskan sebagai salah seorang instruktur di Bandung-Cimahi pada pasukan SSOP—sekolah pasukan payung milik KNIL bernama School tot Opleiding voor Parachusten—(Baret Merah KNIL) dalam tahun 1948. Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan TNI (APRIS) kemudian ia dinaikan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak mengalami perubahan anggotanya.

Pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan karena Kemampuan tempur pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda dan juga TNI. Pada saat itu daerah Cimahi adalah daerah dimana banyak prajurit Belanda dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini setidaknya ada dua macam pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasukan penerjun (baret merah). Andi Azis kemungkinan melatih pasukan komando—sesuai pengalamannnya di front Eropa.
Pasukan Andi Azis ini akhirnya menjadi salah satu punggung pasukan pemberontak APRIS selama bulan April sampai Agustus di Makassar — disamping pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Seperti yang terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu mengandalkan pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen — yang pernah dilatih Westerling — maka dalam pemberontakan Andi Azis hampir semua unsur pasukan Belanda terlibat terutama KNIL non pasukan komando.

Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah, tidak akan naik appel tapi merencanakan minta grasi kepada Presiden.
c.        Pembrontakan RMS di Maluku
Pemberontakan ini terjadi di Ambon pada tanggal 25 April 1950 yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang pro Belanda. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.
Untuk menumpas pemberontakan RMS, pemerintah semula mencoba menyelesaikan secara damai dengan mengirimkan suatu misi yang dipimpin oleh Dr. Leimena. Akan tetapi upaya ini tidak berhasil. Oleh karena itu pemerintah segera mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel AE. Kawilarang. Pada tanggal 25 September 1950 seluruh Ambon dan sekitarnya dapat dikuasai oleh pasukan pemerintah. Dalam pertempuran melawan pemberontak RMS ini gugurlah seorang pahlawan ketika memperebutkan benteng Nieuw Victoria, yakni Letnan Kolonel Slamet Riyadi.
Tokoh-tokoh lain dari APRIS (TNI) yang gugur adalah Letnan Kolonel S. Sudiarso dan Mayor Abdullah.
Setelah kota Ambon jatuh ke tangan pemerintah maka sisa- sisa pasukan RMS melarikan diri ke hutan-hutan dan untuk beberapa tahun lamanya melakukan pengacauan.
Pemerintah RMS yang pertama di bawah pimpinan dari J.H. Manuhutu, Kepala Daerah Maluku dalam Negara Indonesia Timur (NIT).

Setelah Mr. dr. Chris Soumokil (Mantan Jaksa Agung NIT yang merupakan underdog Belanda) dibunuh secara ilegal atas perintah Pemerintah Indonesia, maka dibentuk Pemerintah dalam pengasingan di Belanda di bawah pimpinan Ir. [Johan Alvarez Manusama], pemimpin kedua [drs. Frans Tutuhatunewa] turun pada tanggal 24 april 2009. Kini mr. John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan di Belanda.

Tagal serangan dan aneksasi ilegal oleh tentara RI, maka Pemerintah RMS, di antaranya, Mr. Dr. Soumokil, terpaksa mundur ke Pulau Seram dan memimpin guerilla di pedalaman Nusa Ina (pulau Seram). Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, dan d Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan terror di pengasingan, Belanda.ilaksanakan di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 12 April 1966.
Pada bulan September 2011, Jendral Kivlan Zen purn. mengaku dalam wawancara dengan Global Post bahwa Kerusuhan Ambon sebenarnya rekayasa dari para elit RMS dan Pendukung RMS di Belanda. Mereka membuat skenario yang seolah-olah TNI dan Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan destabilisasi Maluku secara politik dan ekonomis. Dalam skenario ini dibuat seolah-olah RMS dipersalahkan dengan sengaja dan dikambinghitamkan. Mereka memakai kalimat-kalimat seperti:

"Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.

Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi, tetapi tidak pernah disiksa dan dianiaya.
d.        Pembrontakan PRRI di Sumatra
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Dan kemudian gerakan ini mendapat sambutan dari wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, dimana pada tanggal 17 Februari 1958 kawasan tersebut menyatakan mendukung PRRI.

Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan.[2] Pada masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda. Hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.

Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi sekarang.[3]

Namun apa yang menjadi pertentangan ini, dianggap sebagai sebuah pemberontakan[1] oleh pemerintah pusat yang menganggap ultimatum itu merupakan proklamasi pemerintahan tandingan dan kemudian dipukul habis dengan pengerahan pasukan militer terbesar yang pernah tercatat di dalam sejarah militer Indonesia.
Kabinet PRRI terdiri dari:

    Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan,
    Mr. Assaat Dt. Mudo sebagai Menteri Dalam Negeri, Dahlan Djambek sempat memegangnya sebelum Mr. Assaat sampai di Padang,
    Maluddin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri,
    Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran,
    Muhammad Sjafei sebagai Menteri PPK dan Kesehatan,
    J.F. Warouw sebagai Menteri Pembangunan,
    Saladin Sarumpaet sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan,
    Muchtar Lintang sebagai Menteri Agama,
    Saleh Lahade sebagai Menteri Penerangan,
    Ayah Gani Usman sebagai Menteri Sosial,
    Dahlan Djambek sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. Assaat sampai di Padang.
Pengaruh dari peristiwa ini juga menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran suku Minangkabau ke daerah lain serta kemudian menimbulkan efek psikologis yang besar pada sebagian besar masyarakat Minangkabau masa tersebut, yaitu melekatnya stigma pemberontak, padahal kawasan Minangkabau sejak zaman Belanda termasuk kawasan yang gigih menentang kolonialis serta kawasan Indonesia yang setia dan banyak melahirkan pemimpin-pemimpin nasionalis masa pra kemerdekaan. Selain beberapa tindakan kekerasan yang dialami oleh masyarakat juga menguncang harga diri, harkat dan martabat yang begitu terhina dan dihinggapi mentalitas orang kalah serta trauma atas kekalahan PRRI. Sampai hari ini para pelaku peristiwa PRRI tetap menolak dianggap sebagai pemberontak atas tindakan yang mereka lakukan.
e.        Pembrontakan Permesta di Sulawesi
Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat pemberontakan ini berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian, pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado. Disini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur.

Pemerintah pusat Republik Indonesia yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk menghentikan gerakan-gerakan pemberontakan yang mengarah kepada kemerdekaan.
Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makassar,Letkol.Ventje Sumual memproklamirkan berdirinya Piagam Perjuangan Semesta.Gerakan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia Timur serta mendapat dukungan dari tokoh-tokoh Indonesia Timur. Ketika itu keadaan Indonesia sangat bahaya dan hampir seluruh pemerintahan di daerah diambil oleh militer. Selain itu mereka juga membekukan segala Aktivitas PKI(Partai Komunis Indonesia), serta menangkap kader-kader PKI. Keadaan semakin genting tatkala diadakan rapat di gedung Universitas Permesta yang membicarakan pemutusan hubungan dengan pemerintah pusat. Pada pukul 07.00 diadakan pertemuan di ruang rapat gedung Universitas Permesta di Sario Manado dengan tokoh tokoh politik, masyarakat dan cendikiawan. Saat itu Kapten Wim Najoan, Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah, memberikan gambaran tentang perkembangan di Sumatera dan putusan agar dibentuknya PRRI. Selanjutnya ia memberikan sebuah pernyataan "Permesta di Sulutteng menyatakan solider dan sepenuhnya mendukung pernyataan PRRI. Oleh sebab itu, mulai saat ini juga Permesta memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI Kabinet Djuanda." Seketika pula para peserta rapat berdiri dan menyambutnya dengan pekik: "Hidup PRRI! Hidup Permesta! Hidup Somba!" Setelah itu rapat diskors 30 menit untuk menyusun teks pemutusan hubungan dengan pusat oleh 3 orang Mayor Eddy Gagola, Kapten Wim Najoan dan kawan-kawan. Setelah selesai menyusun teks pemutusan hubungan degan Pemerintah Pusat rapat dilanjutkan dan teks tersebut dibacakan kepada para hadirin. Respons perta rapat sangat antusias, dengan ramai mereka mendengungkan pekik "Hidup Permesta! Hidup PRRI! Hidup
Somba-Sumual!" Setelah itu Mayor Dolf Runturambi bertanya kepada hadirin, "Bagaimana, saudara saudara setuju?" Serentak dijawab: "Setuju! Setuju!" Kembali suasana yang sangat ramai dari para hadirin. Setelah rapat tersebut, Kolonel D. J. Somba selaku pimpinan Kodam Sulawesi Utara dan Tengah mengadakan rapat di lapangan sario Manado. Ia membacakan teks pemutusan hubungan dangan Pemerintah Pusat yang isinya:

"RAKYAT SULAWESI UTARA DAN TENGAH TERMASUK MILITER SOLIDER PADA KEPUTUSAN PRRI DAN MEMUTUSKAN HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH RI"

Hari itu juga Pemerintah Pusat kemudian mengumumkan pemecatan dengan tidak hormat atas Letkol H.N. Ventje Sumual, Mayor D.J. Somba, dan kawan kawannya, dari Angkatan Darat. Saat itu pula para pelajar, mahasiswa, pemuda dan ex-KNIL mendaftarkan diri untuk menjadi Pasukan dalam Angkatan Perang Permesta. Bagi mereka yang telah mendatar langsung di beri latihan di Mapanget. dalam hal ini pula keterlibatan Amerika Serikat benar benar terlihat,dengan mendatangkan penasehat penasehat militernya.serta memberikan sejumlah bantuan berupa Amunisi, mitraliur anti pesawat terbang selain itu untuk memperkuat Angkatan Perang Revolusioner (AUREV). mereka juga mendatangkan sejumlah pesawat terbang antara lain pesawat pengangkut DC-3 Dakota, pesawat pemburu P-51 Mustang, Beachcraft, Consolidated PBY Catalina dan pembom B-26 Invader. di sisi lain juga Permesta membentuk suatu badan dan satua kepolisian yaitu 1.Polisi Revolusioner 2.Pasukan Wanita Permesta(PWP) 3.Permesta Yard yaitu sebuah badan intelejen.

Selain dari Amerika Serikat Permesta juga mendapat bantuan dan dukungan dari Negara Negara pro Barat seperti Taiwan, Korea Selatan, Philipina serta Jepang. dan dengan dukungan yang begitu besar sehingga Permesta tidak pernah kehabisan perbekalan ketika bertempur Sejumlah besar anggota Komando Pemuda Permesta wilayah Sulawesi Utara dan Tengah dengan sukarela mendaftarkan diri menjadi anggota pasukan Permesta Komando Pemuda Permesta. Sebelumnya tugas Mereka, adalah untuk membantu pemerintah daerah guna mengerahkan tenaga dan dana untuk melancarkan pembangunan di daerah daerah. Pergolakan inipun terus berlanjut dan semakin menuju terjadinya Perang Saudara. ketika itu Republik Indonesia yang baru berdiri kurang lebih 10 tahun setelah pengakuan kedaulatan benar benar di ujung tanduk. keutuhan Negara Republik Indonesia sangat membahayakan apalagi saat itu di daerah lainnya juga muncul pemberontakan pemberontakan terhadap Pemerintah RI yaitu 1. PRRI (Pemerintahan Revolusioner Indonesia) 2. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) 3. Republik Maluku Selatan

Selain itu juga di dalam tubuh pemerintahan RI banyak terjadi pergolakan politik.terutama dengan silih bergantinya Kabinet,seiring dengan penerapan Demokrasi Liberal. di sisi lain hubungan Dwi-Tunggal Soekarno dan juga Hatta mengalami keretakan.ini terjadi akibat dari kedekatan Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia yang selalu memusuhi Hatta. akhirnya dengan berat hati memundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia di kala suasana Negara yang kritis. Akibat pemutusan hubungan Permesta dengan Pusat Kota Manado Menjadi sangat mencekam.Kegelisahan meghantui setiap penjuru Manado. Warga seakan tak bisa tenang untuk sesaatpun karena khawatir akan adanya serangan dari Pemerintah Pusat yang diperkirakan tak lama lagi bakal datang menyerbu daerah yang dikuasai Permesta. Banyak Masyarakat manado yang mengungsi ke luar Kota untuk menghindari Perang Saudara yang nampaknya akan menjadi sebuah kenyataan, Di lain pihak juga dukungan terhadap Permesta semakin besar. Dengan,masuknya Kolonel Alexander Evert Kawilarang setelah berhenti sebagai Atase Militer RI pada Kedubes RI di Washington, DC, Amerika Serikat], kemudian ia berhenti dari dinas militer, dengan Pangkat Brigadir Jenderal. Selanjutnya pulang ke Sulawesi Utara untuk bergabung dengan Permesta. disana ia mendapat jabatan sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat Mayor jenderal.dan selanjutnya ia menjadi Panglima Besar Permesta. Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan 1 resimen marinir dan 1 skuadron pesawat tempur untuk merebut Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau menentang gagasan itu.karena khawatir Republik Rakyat Cina akan ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan memiliki alasan untuk mengintervensi. terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner Bantuan Taiwan akhirnya tercium oleh Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan. dan sejumlah Surat Kabar, Sekolah ditertibkan.
Pada tahun 1960 Pihak Permesta Menyatakan kesediaanya, untuk berunding dengan Pemerintah Pusat. Perundingan pun dilangsungkan Permesta diwakili oleh Panglima Besar Angkatan Perang Permesta, Mayor Jenderal Alex Evert Kawilarang. serta Pemerintah Pusat diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal A.H. Nasution. dari perundingan tersebut tercapai sebuah kesepakatan yaitu: bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak Komunis di Jawa. Pada tahun 1961 Pemerintah Pusat melalui Keppres 322/1961. memberi Amnesti dan Abolisi Bagi siapa saja yang terlibat PRRI dan Permesta. tapi bukan untuk itu saja bagi anggota DI/TII baik, di Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah, Kalimntan Selatan dan Sulawesi Selatan Juga berhak Menerimanya. Sesudah keluar keputusan itu, be ramai-ramai banyak anggota Permesta yang keluar dari hutan-hutan Untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. Seperti Kolonel D.J. Somba, Mayor Jenderal A.E. Kawilarang, Kolonel Dolf Runturambi, Kolonel Petit Muharto Kartodirdjo, dan Kolonel Ventje Sumual beserta pasukannya menjadi kelompok paling akhir yang keluar dari hutan hutan. untuk mendapatkan Amnesti dan Abolisi. dan pada tahun itu pula permesta dinyatakan bubar.

Makalah ASEAN & Brunei Daeussa


MAKALAH

ASEAN

&

Brunei darussalam



Disusun Oleh :

Nur Azlina
Rahmah

    Bidang Study :                      Guru Pembimbing   :

    IPS Geografi                                 Dra. Saudah


Kelas IX A

Madrasah Tsanawiyah Negeri Kuala Tungkal
TP. 2012/2013


ASEAN
A. Sejarah ASEAN
     Persatuan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mula dibentuk dengan penubuhan sebuah pertubuhan yang dikenali sebagai Persatuan Asia Tenggara (Association of Southeast Asia atau ASA) yang dianggotai oleh Filipina, Malaysia dan Thailand pada tahun 1961. ASA merupakan asas kepada pembentukan ASEAN sekarang. Akibat daripada pembentukan Malaysia pada 16 September 1963, pertikaian berlaku khususnya antara Indonesia dan Filipina yang menganggap pembentukan Malaysia sebagai satu bentuk penjajahan baru. Ini kerana mereka mendakwa Sabah dan Sarawak merupakan sebahagian daripada negara mereka.
Oleh kerana pertikaian tersebut, munculnya slogan Ganyang Malaysia yang membawa kepada konfrontasi pada 1965-1966 oleh Indonesia. Selepas tamatnya konfrantasi tersebut, semua negara-negara Asia Tenggara bersepakat untuk mewujudkan persefahaman untuk memberi ruang kepada semua negara-negara terbabit bersatu dalam perkara yang melibatkan kepentingan bersama.
   Maka, pada 8 Ogos 1967, lima pemimpin - Menteri Luar Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand (Adam Malik, Narciso R. Ramos, Tun Abdul Razak, S. Rajaratnam dan Thanat Khoman) - duduk bersama di dewan utama Jabatan Hal Ehwal Luar di Bangkok, Thailand dan menandatangani satu dokumen yang kini dikenali sebagai "Deklarasi ASEAN".[1] Papua New Guinea diberikan status negara pemerhati pada 1976 dan pemerhati khas pada 1981.[2] Brunei menganggotai ASEAN pada 8 Januari 1984 iaitu seminggu selepas mencapai kemerdekaan.[3] Hanya selepas 11 tahun kemudian barulah ASEAN menerima anggota baharu. Vietnam menjadi anggota yang ketujuh pada 28 Julai 1995.[4] Laos dan Myanmar menjadi anggota dua tahun kemudiannya, iaitu pada 23 Julai 1997.[5] Walaupun Kemboja sudah menyertai ASEAN bersama-sama Myanmar dan Laos, negara itu terpaksa menangguh disebabkan masalah politik dalam negara tersebut. Kemboja menyertai semula ASEAN pada 30 April 1999.[6] Negara baharu Timor Leste, dahulunya dalam Indonesia, terpaksa berhempas pulas untuk mendapat status pemerhati dalam ASEAN. Namun, banyak negara dalam ASEAN tidak menyokong penglibatan Timor Leste pada akhir 1990-an atas rasa hormat kepada Indonesia. Myanmar, terutamanya, menentang pemberian status pemerhati kepada Timor Leste kerana sokongan Timor Leste terhadap perjuangan Aung San Suu Kyi. Sejak kemerdekaan Timor Leste pada Mei 2002 dan diterima sebagai negara pemerhati, ASEAN telah banyak membantu negara baru ini.

B. Latar belakang berdirinya ASEAN (Association of South East Asian Nations)

      ASEAN merupakan organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang tidak membedakan sistem politik dan ideologi.Ide dasar pembentukan ASEAN adalah kerjasama ekonomi,sosial,dan budaya.Namun dalam perkembangannya organisasi ini bertekad menjamin stabilitas dan keamanan tanpa campur tangan bangsa asing.
      Berdirinya ASEAN dilatarbelakangi adanya persamaan diantara negara-negara Asia Tenggara.Berikut ini persamaan-persamaan berikut :
1.         Persamaan letak Geografis di kawasan Asia Tenggara.
2.         Persamaan budaya yakni budaya Melayu Austronesia
3.         Persamaan nasib dalam sejarah yaitu sama-sama sebagai negara bekas dijajah oleh bangsa asing.
4.         Persamaan kepentingan untuk menjalin hubungan dan kerja sama di bidang ekonomi,sosial dan budaya.
     Berdirinya ASEAN juga dilatarbelakangi oleh kesamaan sikap yang nonkomunis,mengingat komunis telah menimbulkan ketidakstabilan dalam negeri masing-masing negara.

C. Maksud dan Tujuan ASEAN

  ASEAN dibentuk untuk mempererat hubungan negara-negara di asia Tenggara. Selain itu, ada beberapa maksud dan tujuan didirikannya ASEAN. Berikut adalah maksud dan tujuan ASEAN.
  1.  Mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan di wilayah Asia Tenggara. Hal ini dilakukan melalui usaha bersama dengan semangat persamaan serta persekutuan untuk meperkukuh dasar suatu masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang makmur, aman dan damai.
  2.  Memperkukuh perdamaian dan stabilitas regional yang menjunjung tinggi rasa keadilan dan norma hukum dalam hubungan anatara negara di wilayah Asia Tenggara dan berpegang pada asas Piagam PBB.
  3.  Meningkatakan kerja sama aktif dan saling membantu dalam hal yang menyangkut kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
  4.  Saling memberi bantuan dalam bentuk latihan dan fasilitas penelitian dalam bidang pendidikan, keterampilan, teknik dan administrasi.
  5.  Bekrja sama lebih efektif untuk meningkatkan pemanfaatan usaha pertanian dan industri, perluasan perdagangan, perbaikan fasilitas pengangkutan dan komunikasi, serta peningkatan taraf hidup rakyat.
  6.  Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara.
  7.  Memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat dengan organisai regional dan internasional yang ada, yang mempunyai maksud serta tujuan yang sama, serta bekerja secara erat dan mantap.
      Dari maksud dan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa ASEAN didirikan untuk meningkatkan kerja sama antara negara-negara Asia Tenggara di tiga bidang pokok, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.

  D. Lambang ASEAN

Brunei Darussalam

  1. Sejarah Negara Brunei Darussalam
   Menurut catatan Tiongkok dan Arab kesultanan Brunei Darussalam telah ada sejak abad VII atau VIII Masehi, yang kemudian ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya pada abad IX dan kemudian mengusai kalimantan dan Philipina, setelah itu dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Tetapi dapat memerdekakan diri menjadi negara yang maju.
   Kesultanan Brunei Darussalam mencapai kejayaan pada abad XV sampai dengan abad XVII terutama pada kesultanan ke 5 yaitu Bolkiyah 1473-1521 yang telah dapat menaklukan Manila. Dan pada masa pemerintahan Hassan (1605-1919) dan telah dapat mengembangkan system kerajaan hingga masih dilakukan saat ini.Pada tahun 1839 pemerintahan Hassan mulailah kehancuran yang dilakukan oleh pengaruh kolonial Eropa, Seorang petualang Inggris James broke menolong kesultanan brunei dibawah pemerintahanya dan sebagai imbalanya dia
Oval: Sekilas Info …

Budaya Brunei
Budaya Brunei seakan sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh kuat dari Hindu dan Islam, tetapi kelihatan lebih konservatif dibandingkan Malaysia. Penjualan dan penggunaan alkohol diharamkan, dengan orang luar dan non-Muslim dibenarkan membawa dalam 12 bir dan dua botol miras setiap kali mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan larangan pada awal 1990-an, semua pub dan kelab malam dipaksa tutup.
dijadikan gubernur, walaupun dia melakukan hal itu dia tidak pernah mengambil alih kekuasaan wilayah brunei, Pada 1888sampai 1906, Brunei menjadi negara lindungan pemerintah Britania Raya. Pada 1959, pencanangan undang undang baru ditulis Brunei sebagai negara yang memerintah diri sendiri.pada 1962 untuk memperkenalkan sebuah badan legislatif yang sebagian anggotanya dipilih dan memiliki kekuasaan terbatas dibatalkan setelah partai politik oposisi Partai Rakyat Brunei meluncurkan pemberontakan bersenjata,
  Pada 1967, Omar Ali Saifuddin turun tahta untuk
anak laki-lakinya yang kedua, Hassanal Bolkiah,
yang menjadi penguasa ke-29.mantan sultan tetap
menjadi menteri pertahanan dan mengambil gelar Seri Begawan.
Pada 1970, ibu kota Brunei Town diganti namanya menjadi
Bandar Seri Begawan untuk menghormatinya. dan beliau
meninggal pada tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya menandatangani
sebuah perjanjian persahabatan dan kerjasama baru.
Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam menjadi negara merdeka.

  1. Ibu Kota, Lagu Kebangsaan dan Bahasa

Ibu Kota                           : Bandar Seri Begawan
Lagu kebangsaan: Allah Peliharakan Sultan
Bahasa                          : Melayu & Inggris ( Bahasa Resmi adalah Melayu)

  1. Letak dan Batas Negara

      Letak astronomis Brunei Darussalam yaitu terletak diantara 4 LU - 5 LU, 114 BT - 115,5 BT. Brunei Darussalam terletak di Kalimantan Utara. Luas wilayahnya hanya 5.765 km2. Negara Brunei Darussalam dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah barat dan wilayah timur. Sedangkan letak geografisnya yaitu dari Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sedangkan dari Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Negara Malaysia.

  1. Bentang Alam

      Brunei Darussalam memiliki dataran rendah, rawa-rawa, dan semakin ke pedalaman terlihat serangkaian perbukitan. Gunung yang tertinggi di Brunei Darussalam ialah Gunung Pagon yang mempunyai ketinggian 1.850 meter di atas permukaan laut. Sungai Belait merupakan sungai terpanjang di negara ini yang mengalir di dekat wilayah perbatasan bagian barat. Sedangkan sekitar 80% lahan daratan ditutupi oleh hutan hujan tropis.

  1. Iklim dan Cuaca
      Negara ini beriklim tropis dengan udara lembab dan curah hujan sedang. Cuaca di Negara                      Brunei Darussalam ialah cuaca bertipe tropikal atau ekuatorial yang bercirikan suhu tinggi, lembab dan memiliki curah hujan yang cukup tinggi disepanjang tahun. Tidak ada kejadian musim yang ganjil berlaku, tetapi iklimnya ditentukan oleh dua angin monsun yang terhasil oleh takungan tekanan rendah yang digelar Zon Pertemuan Inter-Tropikal dan angin-angin ketimuran. Monsun timur laut yang bertiup dari November hingga Mac dan Monsun barat daya dari April hingga Oktober.
Rounded Rectangle:  Pengetahuan Tambahan !
 
Zona waktu : (UTC+8)
Lajur kemudi : kiri
Ranah Internet : .bn
Kode telepon : +673

#infoBrunei
Keadaan suhu udara adalah 28°C dari bulan November sampai dengan bulan Januari akan menjadi lebih sedikit sejuk. penurunan curah hujan diperkirakan sekitar 2,800 mm setiap tahunnya. Relatif kelembaban cukup tinggi di sepanjang tahunnya, dan berkisar antara 93%. Dan sejauh ini, di Brunei Darussalam tidak mengalami bencana seperti badai topan, gempa bumi ataupun banjir yang mengganggu.

Cuaca di Brunei
30°C | °F

Rab
Kam
Jum
Sab

Kemungkinan Badai
Kemungkinan Badai
Kemungkinan Badai
Kemungkinan Badai

Sebagian Besar Berawan




Angin: Utara dengan kecepatan 19 km/h




Kelembaban: 70%
30°
25°
30°
25°
30°
25°
30°
24°





Info cuaca kota-kota besar di Brunei Darussalam



31 ° C
20 Kmph

32 ° C
22 Kmph

30 ° C
15 Kmph

30 ° C
15 Kmph






















  1. Penduduk & Agama
     Jumlah penduduk Penduduk :
– Perkiraan Juli 2008 : 381,371 jiwa
– Kepadatan : 66/km2
PDB (KKB) : Perkiraan 2007
– Total : $19.640 billion (ke-114)
– Per kapita : $51,000 (ke-5)  
      Mayoritas penduduk Brunei darussalam adalah suku Melayu . Keturunan Tionghoa merupakan kelompok etnik terbesar kedua ,sedangkan sisanya berasal dari suku Dayak Kalimantan . Sebagian besar penduduk negara ini tinggal di perkotaan , terutama di Bandar Sri Begawan , Seria , Kuala Belait .Agama Islam dijadikan sebagai agama resmi sekaligus agama yang paling dianut oleh penduduk Brunei Darussalam .
    Saat ini, Brunei memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga diklasifikasikan sebagai negara maju.[7] Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas.[8] Selain itu, Brunei juga terkenal dengan kemakmurannya dan ketegasan dalam melaksanakan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan maupun kehidupan bermasyarakat.
Agama                              : Mayoritas Islam 64%, Budha 14%, dan Kristen 15%
Islam adalah agama resmi Brunei Darussalam .Terdapat Masjid Omar Ali syaifuddienyang berada di tengah kota Bandar Seri Begawan .Masjid berlapis emas dan merupakan salah satu masjid termegah di Asia Tenggara .
  1. Perekonomian
      Ekonomi Brunei bertumpu pada ekspor minyak bumi dan gas alam. Ladang minyak bumi dan gas alam terbesar terdapat di Seria, lepas pantai Kuala Belait, Ampar, dan Jerudong. Adapun Sektor pertanian dan perikanannya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Mata uang negara ini adalah Dollar Brunei.
– Air (%) : 8.6%
IPM (2008) :▲ 0.919 (high) (ke-27)
     Brunei Darussalam termasuk salah sat negara yang mempunyai pendapatan per kapita tertinggi di dunia yaitu nomor 11 didunia Rp. 11.890.000,- (1980). Dapat dimaklumi bila negara ini memiliki istana besar dan megah. Perdagannya yang maju antara lain menjadikan negara nomor satu dalam “ Export per Capita “
Pertanian                             : Karet, Beras, pisang, dan rempah2 lainnya.
Pertambangan                   : Minyak Mentah , Gas Alam Cair.
Industri                                 : Bahan Bakar, Gas Cair, dll.
Income per Capita             : $ 9.600 (1989)
G.N.P.                                   : $ 3,1 bilyun (1989)
Per. Ekonomi                      : 4,6% (1970 – 1979)
  1. Kerjasama Dengan Negara Lain
     Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
  1. Pemerintahan
      Pemerintahan Brunei diselenggarakan oleh majelis umum, dewan menteri, dan badan Legislatif. Sultan mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Selain menjadi anggota legislatif, sultan juga memegang kekuasaan eksekutif tertinggi sebagai Menteri Besar ( Ketua Menteri). Kepala Negara              : Raja / Sulta
Bentuk Negara              : Kerajaan
– Pangeran (Putra mahkota) : Al-Muhtadee Billah
Formasi :
– Sultan : Abad ke 14
Bentuk Pemerintahan : Monarki Absolut
Bapak Bangsa             : Sultan H. M. Hassanal Bolkiah
  1. Kemerdekaan
      Wilayah Brunei meliputi P. Pahlawan dan Kep. Sulu di Filiphina. Pada 1888, Brunei dijadikan sebagai protektorat Inggris. Pada 1971, Brunei membuat perjanjian dengan Inggris yang menyatakan pemberian hak untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam negeri, sementara Inggris tetap memegang urusan luar negeri dan pertahanan. Setelah 96 tahun berada di bawah pemerintahan Inggris, Brunei akhirnya resmi menjadi negara merdeka pasa 1 January 1984.